Sabtu, 29 Oktober 2011

KONFLIK

NAMA : GIAN NOPITALIA

KELAS : 2KA24

NPM :12110992

KONFLIK ANTAR KELOMPOK (PENGAMEN JALANAN)

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses social antara dua orang atau lebih (bias juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antara anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut cirri fisik, kepandaian, pengetahuan, adatistiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksisosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Pada tulisan ini saya mengambil contoh mengenai konflik antar kelompok pengamen jalan.

Pertumbuhan pembangunan yang semakin pesat tentunya akan membawa dampak bagi perekonomian masyarakat. Banyaknya persaingan lapangan kerja yang semakin ketat menjadikan tingkat pengangguran semakin meningkat. Hal ini didukung oleh semakin minimnya kesediaan lapangan kerja dan keterampilan yang memadai maka individual akan tersingkir dari persaingan apalagi di kotabesar. Belum lagi beban hidup yang harus ditanggung semakin berat. Kota-kotabesar yang ada di Negara berkembang seperti Indonesia memiliki problematika yang hampirsama di setiap daerah yaitu meningkatnya angka kriminalitas, parapengamen, anak-anak jalanan dan masih banyak lagi yang lain. Para pengamen seringkali kitajumpai di stasiun-stasiun, halte bus sampai rumah makan atau warung dan perempatan lampu merah. Kehidupan para pengamen yang sangat keras membuat mereka di hadapkan pada suatu hal yaitu sering terjadi konflik di antara mereka sesame pengamen misalnya sering terjadi tawuran atau perkelahian karena perebutan lahan dan masalah- masalah yang lain seperti kesalah pahaman. Konflik semacam ini juga di alami oleh para pengamen di alun-alunkota Malang. Dimana alun-alun sebagai lahan mengamen bagi pengamen tetap dan pengamen lain di luar kelompok tersebut tidak dapat dengan bebas mengamen di sana. Hal inilah yang sering menimbulkan konflik yang sering kali berujung pada kekerasan diantara mereka. Kekerasan yang terjadi merupakan salah satu bentuk pengaruh lingkungan dimana mereka dituntut untuk dapat bertahan hidup di perkotaaan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dimana subjek penelitian adalah kelompok pengamen tetap dan pengamen tidak tetap di alun-alun Malang. Jumlah subjek penelitian adalah 10 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data model interaktif Miles dan Hubermas, yang memiliki empat alur kegiatan yang terjadi yakni: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Konflik yang terjadi antara pengamen tetap dengan pengamen tidak tetap di alun-alun sudah terjadi sejak tahun 1994, setelah pembentukan pengamen tetap di alun-alun. Penyebab terjadinya konflik karena perebutan lahan mengamen, dimana pada saat itu krisis ekonomi juga ikut berpengaruh. Para pengamen beralasan bahwa beban ekonomi semakin meningkat sedangkan pendapatan mereka semakin sulit. Konflik para pengamen ini berujung pada kekerasan yang mana seringnya terjadi aksi pengeroyoan atau pun tawuran serta penganiayaan. Sebelum terjadi aksi kekerasan tersebut bentuk konflik yang terjadi adalah saling mencemooh, saling mengumpat dan lain-lain. Konflik yang terjadi tetap di menangkan oleh salah satu kelompok yaitu kelompok pengamen tetap sebab kelompok pengamen tetap memiliki kekuasaan di alun-alun yang di dukung oleh oknum dari Satpol PP dan Dinas Terkait.Meskipun sampai sekarang konflik itu masih sering terjadi.
Kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari di alun-alun adalah salah satu bentuk perjuangan mereka dikota untuk dapat bertahan hidup sebab persaingan dalam sektor formal sangat sulit diwujudkan apalagi mereka hanya berpendidikan rendah. Sedangkan, pekerjaan dalam sektor formal membutuhkan berbagai persyaratan yang berlebih. Maka dari itu penghasilan mereka jika dibandingkan sektor formal sangat jauh dan untuk bertahan hidup mereka harus berjuang keras. Dengan adanya perjuangan untuk dapat bertahan dalam kerasnya kehidupan di kota, membuat mereka menghadapi berbagai macam permasalahan yang sering kali berujung pada kekerasan. Sikap yang temperament alat emosional merupakan salah satu cirri fisik yang menonjol dari para pengamen tersebut. Hal ini dikarenakan keadaan lingkungan yang mempengaruhi, sehingga sedikit salah paham atau pun adanya persaingan dalam hal lahan pekerjaan diantara mereka akan menimbulkan konflik yang berujung pada kekerasan. Kekerasan dapat berupa pengeroyokan, perkelahian juga tawuran dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar